Nuzulul Qur’an merupakan suatu peristiwa mulia yang terjadi di zaman Rasulullah Saw, lebih tepatnya pada tanggal 17 Ramadan yang menjadi sebuah mukzijat yang paling agung sekaligus menjadi tanda kerasulan Nabi Muhammad sebagai pembawa risalah ilahi. Imam Al-Zarkasyi mengatakan bahwa ulama Ahlu al-sunnah sepakat bahwa al-Qur’an itu diturunkan. Namun sebagian ulama memaknai al-Nuzul atau al-Inzal, dan ada juga yang mengatakan nuzulul al-Qur’an. Ke semuanya memiliki arti sebuah proses diturunkannya al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat. Para ulama membagi proses turunnya al-Qur’an menjadi tiga tahapan, yaitu dari lauhil mahfuzh ke baitul izzah di langit dunia, kemudian kepada Nabi Muhammad Saw. (Dr. H. Muhammad Thohir M.Pd, 2019)
Berbicara mengenai Nuzulul al-Qur’an, maka kita akan menemukan bagaimana turunnya al-Qur’an, yaitu secara beangsur-angsur sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Isra ayat; 106. “Dan al-Qur’an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian”. Hal itu bukan tanpa alasan melainkan untuk meneguhkan Nabi Saw, agar al-Qur’an mudah dipahami dan dihafal oleh kaum muslimin.
Hukum dalam Islam ditetapkan secara bertahap. Misalnya proses penghukukan mengkonsumsi khamr. Hukum terkadang ditetapkan ketika ada sahabat yang bertanya, kemudian nabi menjawab dan menjelaskannya berdasar wahyu yang turun kepadanya. Tujuan turun secara berangsur-angsur juga untuk mengetahui mana ayat yang mansukh (dihapus) dan mana ayat yang nasikh (menghapus). Maka hal di atas akan mengerucut pada namanya asbab al-nuzul al-Qur’an atau sebab sebab kenapa ayat tersebut bisa turun saat itu. (Sholihul huda, 2014)
Dewasa ini, marilah kita merefleksikan apa saja manfaat yang dapat kita ambil dari peristiwa tersebut. Sudah kita ketahui, bahwa dari peristiwa nuzulul qur’an melahirkan sebuah mukjizat Nabi yang paling besar bahkan sampai hari ini. Mukjizat itu adalah Al-Qur’an al- Karim, yang menjadi pedoman hidup bagi seluruh umat muslim di dunia. Mereka yang beriman akan mempelajari serta memahamai isi kandungannya karena dengan begitu hidup mereka akan menjadi lebih terarah dan berada di jalan yang benar.
Memaknai Peristiwa Nuzulul Qur’an di Tengah Pandemi Covid-19
Jika berkaca kepada sejarah dari zaman dulu sampai sekarang, setiap negara memiliki cara yang unik dalam memperingati Nuzulul al-Qur’an. Sama halnya dengan negara Indonesia yang setiap tahunnya memperingati hari mulia ini dengan perayaan yang meriah. Namun sekarang ini, kita dihebohkan dengan munculnya pandemi virus corona atau lebih dikenal dengan sebutan covid-19 di berbagai belahan dunia. Munculnya virus corona dalam beberapa waktu terakhir telah menyebabkan berbagai kegelisahan di berbagai aspek baik masyarakat maupun negara. Di Indonesia, dampak adanya virus corona sangat besar baik di pemerintahan, instansi pendidikan, perekonomian, peribadahan, dan lain sebagainya.
Lalu apa masalahnya jika memperingati nuzulul al-Qur’an di tengah pandemi ini? Berdasarkan fatwa MUI Nomor: 14 tahun 2020 tentang penyelenggaraan ibadah dalam situasi terjadi wabah Covid-19 secara singkat berisi tentang pembatasan kegiatan beribadah secara bersama-sama dan anjuran melakukan ibadah di rumah saja. Semua itu, tidak lain hanya untuk kebaikan bersama karena virus ini sangat berbahaya dan bisa menular kepada siapa saja. Maka dengan adanya pembatasan tersebut mustahil akan terselenggaranya peringatan nuzulul Qur’an di wilayah yang terpapar virus tersebut.
Jika kita memahami lebih dalam akan makna nuzulul Qur’an yang sesungguhnya, maka hal ini bukannlah penghalang baginya untuk senantiasa beribadah kepada Allah dengan sebaik-baiknya. Sebenarnya ada atau tidaknya virus corona bukanlah sebuah masalah yang besar bagi mereka yang bertekad kuat akan tetapi justru masalahnya ada pada manusia itu sendiri yang tidak mau berusaha dan kurang memahami apa itu makan Nuzulul Qur’an yang sesungguhnya.
Momentum untuk Memperbaiki Diri
Bagi sebagian orang, adanya virus corona bukan hanya untuk diratapi dengan mengeluh mengharapkan iba orang lain. Namun alangkah bijaknya jika menjadikan pandemi ini sebagai suatu momentum kebangkitan jiwa spiritual yang telah tergerus oleh zaman dan keserakahan. Bisa jadi virus corona ini dimunculkan untuk memberikan peringatan bahwa kita selaku manusia tidak ada apa-apanya dibandingkan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Bahkan kita bisa dengan mudah dilumpuhkan oleh yang namanya virus, sebuah makhluk kecil yang bahkan tak terlihat oleh mata telanjang.
Bagi mereka yang sudah berpikir bijak dan dewasa seperti uraian tadi, akan menjadikan peristiwa nuzulul Qur’an sebagai momentum titik balik di hidup mereka untuk bisa berubah menjadi lebih baik dengan memperbanyak bertaubat atas dosa yang sudah dilakukan dan berusaha lebih mendekatkan diri dengan sang pencipta alam semesta. Kita semua tidak ada yang tahu kapan kita akan dipanggil menghadap sang kholiq maka gunakan sisa waktu yang masih ada saat ini untuk memperbaiki kualitas ibadah untuk meningkatkan ke-imanan dan ke-taqwaan kita kepada Allah Swt. (Penulis: Wisnu Nugraha, Editor: Sam)