Hasil Coba-coba Ternyata Raih Juara Dua

Salatiga – Alifa Nurul Fajri pengurus Ma’had Al-Jami’ah UIN Salatiga berhasil meraih juara II dalam Lomba Khitobah Festival Bahasa Arab Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh ITTAQO UIN Salatiga. Alifa, panggilan akrabnya, adalah seorang  mahasiswi semester 3 program studi Bahasa dan Sastra Arab UIN Salatiga. Ia telah lama menggeluti bahasa Arab, sehingga tak mengejutkan ia mampu bersaing dengan seluruh peserta dari berbagai universitas dalam ajang nasional tersebut.

Adapun cabang lomba yang diperlombakan seperti, Ghina’ Araby, Taqdimul Qishoh, Syi’ir, Khitobah dan MQK. Tetapi Alifa lebih tertarik mengikuti perlombaan di cabang khitobah dari semua perlombaan yang ada, “karena coba-coba aja, barangkali hoki. Dan Alhamdulillah takdir bejo dari Allah SWT menghampiri saya hehe” ungkapnya senang.

Perlombaan ini diselenggarakan secara online dengan meng-upload video di Youtube pribadi dengan meng-tag sosial media ITTAQO UIN Salatiga dan mengirim teks khitobah kepada panita penanggung jawab. Dan untuk final dilaksanaka secara offline di Auditorium Center Kampus III UIN Salatiga pada tanggal 06 Oktober 2023 kemarin.

Proses pembuatan teks khitobah tidaklah mudah, mulai dari mencari judul lalu adapula menentukan balaghah (keindahan bahasa). “mungkin membuat naskah khitobahnya sesuai dengan kemampuan saya, dan setelah itu di tashih (koreksi) ke orang-orang yang sudah ahli di bidangnya, terutama dalam hal balaghah (keindahan bahasa)nya karena jujur saya sendiri sebetulnya belum profesional di bidang tersebut” ungkapnya.

Pada akhirnya khitobah bertemakan Pentingnya Bahasa Arab di Zaman Sekarang berhasil menghantarkannya meraih juara pada cabang lomba Festival Bahasa Arab kemarin. “Khitobah tersebut membahas tentang bahasa Arab yang merupakan bahasa para Nabi yang disertai dengan dalil Q.S. Yusuf ayat 2. Harapannya, dengan berbahasa Arab dapat memudahkan memahami terjemah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi serta sebagai rasa cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun di dalam teks tersebut saya juga menyebutkan beberapa cara (kaifiyah) versi saya untuk mempermudah kita dalam belajar atau mendalami bahasa Arab. Menyebutkan faidah-faidah bahasa Arab sebagai wasilah kita dalam memahami Al-Qur’an dan hadist, mempermudah kita ketika bepergian ke luar negeri atau bahkan ketika ada masyayikh dari luar negeri kita bisa membantu menterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dan mungkin pada paragraf terakhir itu mengingatkan tujuan dalam mempelajari bahasa Arab yaitu bukan untuk menyaingi satu sama lain tapi untuk menghidupkan agama Islam dan hal-hal baik lainnya dan disitu juga disebutkan sedikit maqalah “Al Umuuru bi maqosidiha”, yang maksudnya adalah suatu pekerjaan yang dikenai hukumnya itu sesuai dengan maksudnya” jelasnya panjang lebar.

Ia tak menyangka dapat berhasil meraih juara, sampai-sampai ia berfikir bahwa para juri keliru memberikan nilai kepadanya. Tak lupa ia memberikan suntikan semangat untuk teman-teman ma’had, “tetap semangat! Jangan takut mencoba. Saya itu juga coba-coba aja itung-itung sambil cari pengalaman dan menambah relasi. Dan jangan lupa tetap tawakkal ilallah, berdo’anya jangan minta juara I tapi mintanya hasil yang terbaik atau nggak tambahin sedikit biar jadi anak yang bejo dunia akhirat. Terakhir dari saya, kalo udah terjun untuk mencoba jangan berhenti di pertengahan jalan, tetapi tetap jalani walaupun banyak keraguan menghampiri. Semangat jadi mahasantri yang berprestasi tapi tetap mengedepankan budi pekerti” jelasnya di akhir wawancara. (Penulis: Martiza, Editor: Sam)