Momentum Peringatan Isra’ Mi’raj sebagai Refleksi Diri terhadap Bencana Global Covid-19

SALATIGA- Segenap pengurus dan mahasantri Ma’had Al- Jami’ah Putri  Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dengan didampingi oleh pengasuh, menyambut sekaligus memeriahkan bulan Rajab. Meskipun bulan Rajab kali ini dihadapkan dengan bencana global berupa wabah Coronavirus Disease (COVID-19) yang telah menelan banyak korban jiwa, tetapi ghiroh mahasantri untuk memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW 1441 H tidak pudar. Acara ini dilaksanakan pada Sabtu malam, ( 21/03/20) yang bertepatan pada tangga 27 Rajab 1441 H.

Acara peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW kali ini dibalut dengan nuansa yang religius. Diawali dengan khatmil qur’an yang dilantukan oleh mahasantri putri beserta pengurus yang bertempatkan di Aula Ma’had. Kemudian shalat hajat dan istighosah yang dikhususkan dalam rangkaian acara yang ditujukan agar umat di dunia dilindungi dari wabah Coronavirus Disease (COVID-19).

Selesai istighosah, dilanjutkan dengan dzibaan yang sudah menjadi kegiatan rutin setiap kamis malam di Ma’had. Selanjutnya, acara ditutup dengan mau’idzoh hasanah dari pengasuh putri, Pak Ahmadi Hasanudin Dardiri, M. H. “Ada dua poin yang akan menjadi topik pembahasan kita. Pertama, jangan ngomong di depan orang yang sudah tau kita, karena hal itu akan menjadi tantangan saat kita berbicara. Kedua, jangan berbicara dengan orang yang seperguruan sama kita, karena pada saat kita berbicara maka orang itu akan membicarakan kita dibelakang,“ ujar Pak Ahmadi.

“Dalam konteks semacam ini  (merebaknya wabah COVID-19) ada hal yang perlu ditiru dari Rosulullah, ketika kemudian kita membicarakan peralihan dakwah dari sebelum dan sesudah isra’mi’raj, kemudian apabia dikontekstualisasikan dengan sekarang maka kalian perlu peduli akan nasib kita kedepannya. Karena, kita tidak tau bagaimana nanti kalau ramadhan berada di puncak krisis. Namun, harapan kita semoga saja tidak sampai ramadhan. Beberapa pihak yang sudah menemukan penawar COVID-19 seperti halnya Israel dan Cina. Kita adalah orang yang belajar agama dan memiiki pendidikan yang tinggi, kemudan apabila kita berbicara tentang dakwah kita harus meniru Rosulullah yang bisa mengetahui psikologi orang lain dengan kelebihan intelektualnya.”dalam ungkapan mauidzoh hasanahnya. (Penulis: Septi & ike, Editor: Sam)