SALATIGA-23/10/2020. Dengan mengusung tema “Agama dan Nasionalisme Santri dalam Bingkai Moderasi”, Ma’had Al-Jami’ah IAIN Salatiga mengadakan beberapa rangkaian kegiatan untuk menyemarakkan peringatan Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2020. Kegiatan pertama diisi dengan Santriversary Competition tingkat nasional, yang dilaksanakan jauh hari sebelum malam puncak peringatan HSN 2020. Ada empat cabang yang perlombakan pada acara tersebut yaitu, Lomba Da’i, Karya Tulis Ilmiah, Musabaqoh Tilawatil Qur’an dan Cover sholawat. Ketua panitia, Muhammad Taufiqi mengungkapkan “Ada sekitar 149 peserta lomba dari seluruh Indonesia mengikuti perlombaan ini dengan rincian, Da’i 66 peserta, MTQ 34 peserta, Karya Tulis Ilmiah 21 peserta dan Cover Sholawat 28 peserta,” puangkasnya dalam sambutan yang disampaikan.
Pemenang dari masing-masing cabang perlombaan diumumkan pada hari Jum’at, 23 Oktober 2020. Selain perlombaan, di malam puncak peringatan Hari Santri Nasional tahun 2020, Ma’had Al-Jami’ah IAIN Salatiga mengadakan pengajian akbar bersama KH. Anang Rikza Masyhadi dan KH. Yusuf Chudlori secara virtual melalui live zoom meeting dan streaming youtube Ma’had.
“Kita adalah orang yang mendengar cerita-cerita tentang perjuangan santri dan ulama hingga dicetuskannya Hari Santri Nasional pada tanggal 22 Oktober. Di balik iu, ada orang-orang yang mengilhami lahirnya Hari Santri Nasional, bahkan ada juga yang lebih penting dari itu, yakni pelaku sejarah itu sendiri yang menjadi tokoh yang turun langsung dalam aksi perjuangan. Oleh karena itu, dalam pengajian ini kita mengundang Gus Yusuf Chudlori supaya kita dapat merasakan dan mengetahui bagaimana perjuangan santri seutuhnya, dan bisa membangkitkan kembali semangat para santri,” ungkap Bapak Muh. Hafidz, M.Ag, selaku Direktur Ma’had Al-Jami’ah IAIN Salatiga dalam sambutannya.
Bapak Dr. Sidqon Maesur, Lc., M.A., selaku Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama turut hadir dalam acara Peringatan HSN 2020. “Mahad Al-Jami’ah menjadi aspek yang penting untuk mendongkrak aspek akademik dan mengembangkan nilai-nilai kepesantrenan. Akhlaqul karimah menjadi spirit utama kesantrian yang menjadi ruh semagat HSN,” tuturnya dalam sambutan.
Dalam ceramahnya, KH. Anang Rikza Masyhadi mengungkapkan santri harus mempunyai kompetensi dibidang keilmuan dan cakap dalam berdakwah. Karena akhir-akhir ini banyak orang yang tidak tahu agama tapi bicara agama di khalayak umum ataupun sebaliknya. Selain itu, beliau juga berpesan kepada seluruh santri untuk mempunyai inovasi-inovasi di berbagai bidang untuk kemajuan Indonesia kedepannya. “Resolusi jihad yang dicetuskan oleh K.H. Hasyim Asy’ari merupakan cikal bakal adanya peristiwa 10 November di Surabaya, yang lebih dikenal dengan sebutan hari pahlawan” ungkap K.H. Yusuf Chudlori. Oleh karena itu, santri dan negara merupakan dua komponen penting yang harus diintegrasikan dan tidak boleh dipisahkan. (Penulis: Sa’bani, Editor: Sam)