Mengaku Menulis selama 9 Jam, Arif Dika Berhasil Bersaing Pada Lomba Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an XXIX Tingkat Provinsi Jawa Tengah

Salatiga – Kabar gembira kembali hadir dari salah seorang pengurus Ma’had Al-Jami’ah UIN Salatiga. Arif Dika Prasetya, yang juga merupakan mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT), berhasil meraih Juara Harapan 2 dalam MTQ XXIX Provinsi Jawa Tengah pada cabang Lomba Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an (KTIQ). Karyanya yang berjudul “Gedung Moderasi Beragama (GEMA) sebagai Refleksi yang Solutif dalam Menghadapi Degradasi Moral di Indonesia” berhasil masuk dalam kategori kejuaraan. Lomba tersebut diselenggarakan di Kota Semarang, pada  tanggal 22-25 Juli 2022 dan diikuti oleh kafilah dari 35 kabupaten/kota se-Jawa Tengah.

Perlombaan tersebut diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an yang bersinergi dengan Kementerian Agama serta pemerintahan. Ada 16 cabang lomba yang diselenggarakan dalam event tersebut yaitu, tartil Al-Qur’an, tilawah anak, tilawah remaja, tilawah dewasa, tilawah tuna netra, qiraat muratal, hafalan 1 juz dan tilawah, hafalan 5 juz, hafalan 10 juz, hafalan 20 juz,  hafalan 30 juz, fahmil Qur’an, tafsir dan hafalan, syarh Al-Qur’an, kaligrafi, dan karya tulis ilmiah Al-Qur’an.

Ada dua tema besar pada ajang lomba yang ia ikuti, yaitu Moderasi Beragama dan Pemberdayaan Ekonomi Umat. Iapun membahas tentang moderasi beragama, dimana ia mengambil konsep moderasi berdasarkan QS Al Baqarah ayat 143, QS Al Hujurat ayat 13, dan QS Al Baqarah ayat 213 yang kiranya dapat diimplementasikan oleh semua umat beragama. Dia berharap bahwa moderasi beragama dapat diajarkan secara masif kepada masyarakat dengan pendirian Gedung Moderasi Beragama (GEMA) guna meningkatkan kualitas moral sumber daya manusia yang ada di Indonesia.

Meskipun melewati pertarungan yang sengit, Arif Dika merasa cukup puas atas hasil yang ia peroleh, “Dengan kurangnya persiapan saya secara pribadi, dirubahnya beberapa aturan di saat hari-H, dan pertama kalinya saya mengikuti event resmi di bidang ini, yang berisi orang-orang terbaik dari 35 Kabupaten/Kota se Jateng, saya cukup puas walau hanya mendapat juara harapan 2. Hal ini juga menjadi tamparan bagi saya bahwa orang yang menginginkan hasil di atas rata-rata harus melakukan usaha yang juga di atas rata-rata,” ungkapnya.

Waktu 9 jam dengan menghadap laptop secara penuh adalah waktu yang lama dan melelahkan. Namun Arif Dika dapat berkontribusi dengan baik dan menghasilkan sebuah karya tulis yang menarik. Ia juga berpesan untuk orang-orang khususnya mahasantri Ma’had Al-Jami’ah yang ingin terjun dalam dunia kepenulisan, “Jangan berhenti belajar dan terus belajar. Teruslah berkarya entah itu dihargai atau tidak, disukai atau tidak, menang atau tidak, itu bukanlah hal yang paling penting. Peningkatan kualitas dirilah hal yang paling penting, kita bisa menyampaikan apa yang ingin kita sampaikan, kita bisa memberikan gagasan untuk menyelesaikan suatu permasalahan, dan harapannya karya-karya kita akan bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Mungkin bukan saat ini, bisa saja besok, lusa, atau nanti di masa depan saat kita telah tiada,” Katanya dengan penuh harap.

Di akhir wawancara ia menambahi, “saya mengutip dari salah satu komedian mas Dzawin bahwa, Jangan pernah lewatkan kesempatan yang ada karena kesempatan tidak akan datang dua kali. Tapi walau kesempatan memang tidak datang dua kali, kesempatan akan datang kepada siapa yang tidak pernah berhenti mencoba”. (Penulis: Sharla, Editor: Sam)